Favorit anak Sekolah Dasar (SD), penggoda perut bagi orang dewasa. Telur goreng lazim kita jumpai di SD, pasar tradisional, pekan raya hingga pojok gang. Kakek Aca Anshori adalah salah satu pelestari kuliner renyah ini.
Beliau adalah salah satu sosok mulia atau solia penerima bantuan donatur dan sahabat KNJ pada project eksekusi November 2020. Alhamdulillah kami telah menyerahkan bantuan tersebut pada Minggu, 1 November 2020.
Kakek Aca lahir pada 1945 atau sudah berusia 75 tahun. Beliau pernah memperoleh bantuan sebelumnya, yakni pada Februari 2017. Saat itu nama yang tertera adalah kakek Aksa.
Kakek Aca merantau ke Jakarta pada 1975. Sudah empat kali beliau berpindah tempat, mulai dari Bungur, Lapangan Banteng, Kampung Makasar, dan akhirnya pindah ke Kramat Jati.
Di Jakarta, beliau tinggal di dekat pabrik toge di Kramat Jati. Beliau mengontrak bersama dua orang temannya, salah satunya menjual cilok. Mereka bertiga bergotong royong membayar kontrakan sebesar Rp450 ribu per bulan.
Istri beliau berada di kampung mengurus cucu. Pasangan ini dikaruniai tujuh orang anak yang telah menikah dan tinggal di kampung dan di Garut.
Sebelum menjual telur goreng, kakek Aca pernah berjualan roti, cilok hingga siomay. Harga telor goreng per loyang adalah Rp2 ribu. Per hari beliau memperoleh penghasilan sekitar Rp50 ribu. Kakek berjualan dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Beliau berkeliling di sekitar SDN Kramat Jati 01, Mesjid Al Amin, RS Polri, Pasar Kramat Jati dan Lippo Plaza Kramat Jati, Jakarta Timur.
Beliau memiliki kekurangan pada pendengaran yang cukup menyulitkan kami berkomunikasi dengannya. Kakek Aca mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian dan bantuan dari donatur dan sahabat KNJ.
Penulis dan editor: Eny Wulandari