Solia terakhir dalam project eksekusi Januari 2010 adalah nenek Yeyet. Beliau kini berusia 60 tahun yang menjual kue dan gorengan di sekitar Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat. Beliau menderita sakit paru paru, gula darah, kolesterol, asam lambung sehingga sudah kesulitan berjalan.
Nenek Yeyet menjajakan kue dan gorengan mulai jam 6 pagi hingga pukul 8 pagi. Kemudian, beliau akan kembali menjual kue dan gorengan mulai dari jam 1 siang hingga 3 sore dengan berjalan kaki.
Beliau mengambil dagangan tersebut dari orang lain dengan cara bagi hasil. Nenek Yeyet mengambil keuntungan Rp200 per gorengan. Keuntungan yang nenek peroleh per hari sekitar Rp30 ribu. Untuk satu pempek, laba yang nenek raih adalah Rp1 ribu. Dalam sehari, nenek Yeyet mendapat keuntungan sekitar Rp20 ribu. Total laba nenek per hari sekitar Rp50 ribu.
Beliau mempunyai tanggungan satu anak, yang berusia 15 tahun. Beliau sudah lama menjanda. Anak laki-lakinya tidak bersekolah dan bekerja sebagai penjaga galon. Tiga anak lainnya sudah menikah dan jarang mengunjungi beliau. Tanggungan lainnya yaitu membayar kontrakan rumah seharga Rp350 ribu per bulan dan voucher listrik sekitar Rp50 ribu.
Jika nenek Yeyet tidak sanggup membayar kontrakannya secara tunai, beliau akan berhutang ke “bank keliling”. Nenek lalu mencicilnya Rp15 ribu per hari.
Terkadang, kontrakannya kebanjiran. Saat itu terjadi, nenek Yeyet dan anaknya mengungsi ke pasar. Alamat nenek ada di Jalan KH. Abdul Wahab, RT07/RW06, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat.
Penulis dan editor: Eny Wulandari