Grup yang satu ini menggandeng dua sosok mulia atau solia baru yang ketika project Kado Lebaran untuk Solia atau KLUS ini dilaksanakan belum pernah memperoleh donasi dari donatur dalam eksekusi bulanan Ketimbang Ngemis Jakarta. Kedua solia tersebut adalah kakek Asmui dan nenek Romlah.
Kakek Asmui, 76 tahun, sehari-hari bekerja dengan menjual tahu gejrot. Kakek asal Cirebon, Jawa Barat, ini mengontrak sebuah kamar kost di dekat masjid Al-Huda, Kebon Sayur, Palmerah, Jakarta Pusat. Per bulannya beliau membayar uang sewa Rp600 ribu. Kakek mempunyai lima orang anak dan 12 cucu. Salah satu anaknya turut menjual tahu gejrot di Jakarta. Per hari, kakek memperoleh penghasilan kotor sekitar Rp50 ribu jika semua barang dagangan terjual habis. Berapa pun pendapatan yang beliau peroleh, kakek senantiasa bersyukur dan akan terus beliau berikan untuk sang istri tercinta yang ada di kampung halaman.
Sedangkan nenek Romlah, 75 tahun, menjual kudapan ringan, seperti kembang goyang, cheese stick dan pangsit goreng. Nenek berjualan di depan Snappy, samping gang H. AOM, jalan Gandaria 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Nenek mengambil barang dagangannya tersebut dari tetangga beliau. Nenek masih berjualan hingga saat ini sebab beliau masih mempunyai tanggungan keluarga. Nenek tinggal bersama salah satu anaknya yang suaminya telah meninggal dunia. Suami nenek sendiri juga sudah meninggal dunia enam tahun yang lalu. Selain bersama anaknya, nenek Romlah juga tinggal bersama dua cucunya yang kini yatim di jalan Tanah Kusir 2 RT5/RW11 nomor 7, dengan patokan tempat pemancingan dan dekat masjid An-Nur.
Beberapa hari usai dua relawan dari tim ini bertemu dan mensurvei kedua solia di atas, saatnya kami mengajak keduanya berbelanja lalu berbuka bersama di salah satu mall di daerah Jakarta Barat.
Acara KLUS hari itu sempat tertunda akibat hujan yang cukup deras sehingga sore kami baru memulainya. Kakek Asmui sendirian sedangkan nenek Romlah mengajak cucunya yang terkecil. Sebab kondisi nenek Romlah yang sudah susah berjalan jauh maka kami menggunakan fasilitas kursi roda untuk berbelanja.
Dalam kesempatan tersebut, kakek Asmui membeli sandal untuk dirinya sendiri dan juga untuk nenek yang ada di Cirebon. Kakek sendiri senang sebab akhirnya bisa membeli barang sebagus yang beliau beli buatnya dan buat istrinya sore itu.
Sedangkan nenek Romlah membeli sandal untuk dirinya sendiri. Nenek Romlah yang ceria memilih sandal manis buat perempuan yang akan beliau pakai untuk pergi ke pengajian. Tak lupa kami mengajak sang cucu untuk memilih sepatu untuknya dan untuk kakaknya.
Setelah puas membeli sandal dan sepatu, kami mengajak mereka bertiga ke tempat makan alias food court sebab sebentar lagi akan berkumandang adzan Maghrib. Kakek dan nenek tampak asyik menikmati makanan yang kami pesan. Di situ pula kami banyak mengobrol bersama mereka sambil bercanda satu sama lain.
Usai makan, kami pun mengantar keduanya pulang. Pertama-tama, kami ke kost kakek Asmui terlebih dahulu sambil menyerahkan donasi berupa parsel kepada kakek berikut uang tunai. Kakek tak henti-hentinya mengucap terima kasih kepada seluruh donatur dan mendoakan yang baik kepada kita semua.
Setelah itu, kami mengantarkan nenek Romlah dan cucunya kembali ke rumah. Seperti halnya kakek, nenek turut mengucapkan terima kasih dan menyematkan doa baik bagi kita semua. Terima kasih juga ya, kek, nek, atas cerita pengalaman hidupnya yang membuat kami termotivasi menjalani kehidupan sehari-hari kami masing-masing dan mencoba untuk bersyukur selalu.
Penulis dan editor: Eny Wulandari