Maraknya ojek online tidak menyurutkan langkah dan semangat para penarik ojek sepeda untuk tetap bekerja. Para penarik ojek sepeda mempunyai cara tersendiri untuk bertahan. Bertahan untuk kehidupan dan mereka tidak pernah patah semangat. Inilah sekelumit kisah tentang penarik ojek sepeda, salah satunya kakek Syarifudin, 73 tahun.
Kakek Syarifudin pun berkisah kesehariannya menjadi tukang ojek sepeda. Mengayuh sepeda di tengah terik panas bahkan hujan, ia tetap mengais rejeki dengan sepedanya. Bermodal sepeda tuanya, ia biasa mangkal di daerah sekitar Sunter dan melepas lelah di pintu air waduk jalan Inspeksi Kali Sunter, Jakarta Utara. Tak henti-hentinya beliau menawarkan kepada orang yang lewat untuk diantar ke tempat tujuan yang diinginkan dengan sepedanya. Beliau bertempat tinggal dengan menumpang di rumah saudaranya. Kakek Syarifudin sudah bercerai dengan istrinya dan mempunyai satu orang anak.
Walau kadang beliau harus kecewa karena beberapa calon penumpang lebih memilih ojek motor daripada ojek sepeda, beliau tetap tak putus asa. “Ya namanya belum rezeki,” ujar kakek Syarifudin. Suaranya masih gagah walau pun beberapa keriput terlihat di wajahnya.
Pada Minggu, 20 Agustus 2017, beliau masuk ke dalam target donasi eksekusi kami edisi ke-22, Agustus 2017. Kakek Syarifudin mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada para donatur dan sahabat KNJ karena telah menyisihkan rezekinya untuk beliau.
Dari kisah beliau tersebut diatas dapat diambil sebuah pelajaran bahwa umur tidak menjadi batasan untuk seseorang terus berusaha dan mencari nafkah yang halal. Di usia senjanya beliau masih semangat menawarkan jasa ojek sepedanya saat maraknya ojek online di Jakarta.
Editor: Eny Wulandari