One Day Solia pada Minggu, 11 Desember 2022, bersama kakek Itang terpaksa bergeser dari tempat beliau berjualan di seberang halte Tosari ke samping pintu masuk Sarinah. Kakek Itang sehari-hari menjual tisu kering, tisu basah, hingga masker dengan berpindah tempat, mulai dari sekitar stasiun Sudirman, Gatot Subroto hingga Kuningan. Tetapi, beliau paling sering berjualan seberang halte Tosari.
Kakek Itang, 55 tahun, berasal dari kawasan Saguling, Bandung. Sudah sejak 1980an kakek merantau di Jakarta dengan bergonta-ganti profesi, mulai dari pekerja bangunan, menjual pisang, hingga yang terakhir menjual tisu dan sebagainya. Penghasilan beliau tidak menentu. Seperti saat kami temui dalam project spesial hari tersebut, jualan kakek banyak yang belum laku. Saat kami mencoba menawarkan ke beberapa warga di sekitar Sarinah pun, tisu kakek belum ada yang terjual.
Tetapi kakek tetap bersyukur sebab sehari sebelumnya kakek memperoleh pendapatan Rp150 ribu. Secara rata-rata, penghasilan kakek Rp75 ribu dalam sehari. Kakek membeli tisu di Tanah Abang dan terkadang di kawasan Blora, Jakarta Pusat. Satu bungkus tisu beliau tawarkan Rp4 ribu. Sedangkan untuk tisu basah Rp10 ribu per bungkusnya.
Sehari-hari kakek Itang bekerja dan bekerja untuk keluarga. Beliau mempunyai lima orang anak, satu anak dari istri pertama yang kemudian berpisah dan empat anak dari istri kedua. Sebenarnya, beliau mempunyai rumah kecil di Depok. Tetapi, rumah tersebut disewakan untuk bisa membiayai anaknya yang bungsu bersekolah di sebuah SMK di Tanjung Barat.
Ke-4 anak yang lain sudah berkeluarga. Kakek sementara ini memilih tinggal di masjid di sekitar halte Tosari agar memudahkan mobilitas beliau berjualan. Jam kerja kakek sangat panjang, bisa mulai dari jam 6 pagi hingga 9 malam. Kesemuanya beliau lakukan agar bisa menyekolahkan anak yang terakhir hingga lulus SMK dan membayar utang beliau. Beliau sehat jasmani hanya mengaku mata sebelah kiri sudah kurang jelas dalam melihat.
Kakek sangat berterima kasih atas bantuan para donatur dan sahabat KNJ. Beliau begitu terharu hingga sempat menangis menerima kebaikan dari teman sekalian. Dari kakek Itang, kami benar-benar belajar arti kerja keras seorang ayah demi keluarga, terutama anak tercinta.
Penulis dan editor: Eny Wulandari