Namanya adalah kakek Sorono, umur saat ini 65 tahun. Dengan keterbatasan penglihatan sejak 1994, kakek bekerja sebagai pemecah batu. Mungkin masih ada yang bingung, bagaimana teknis bekerja memecah batu di Jakarta? Sebab biasanya, pemecah batu dilakukan oleh orang yang tinggal di dekat sungai atau gunung sedangkan tidak ada sungai besar atau gunung dengan sumber bebatuan di Jakarta, bukan?
Jadi, kakek Sorono menerima puing-puing bangunan tembok yang kemudian menghancurkannya menjadi pasir. Kakek menjual per karungnya Rp5 ribu. Sungguh unik pekerjaan beliau memang. Dari profesi ini, kakek memperoleh pendapatan paling besar Rp30 ribu. Uang yang diperoleh memang tidak menentu tetapi itu semua tidak memberatkan kakek untuk menyantuni hingga 75 anak yatim. Kakek memutuskan untuk rutin menyantuni mereka lantaran tidak kunjung memperoleh keturunan.
Kakek tinggal berdua dengan istri di rumahnya yang cukup sederhana. Istri kakek tidak bekerja. Kakek Sorono orang yang cukup religius. Saat kami datang pada Minggu, 3 September 2023, kami menerima beberapa nasihat yang menurut kami sangat bermanfaat.
Saat menerima donasi, kakek bertanya apakah donasi ini untuk anak yatimnya atau buat kakek, karena beliau takut memakan hak anak yatim. Setelah menjelaskan kalau ini buat kakek, beliau menerima dan bersyukur atas pemberian para donatur.
Kakek mengucapkan banyak terima kasih untuk para donatur dan teman-teman KNJ. Kakek mengundang kami untuk menghadiri acara anak yatim suatu hari nanti.
Editor: Eny Wulandari