Alhamdulillah donasi berupa uang, donasi pakaian dan donasi amanah telah diberikan kepada kakek Enji pada eksekusi di Februari 2018 lalu.
Kakek Enji mungkin bukan seorang figur publik yang banyak disorot kamera. Beliau hanya penjual soto mie yang biasa menjajakan dagangannya mulai pukul 11 siang hingga tengah malam, di sekitaran Kompas Gramedia hingga pasar Palmerah, Jakarta Pusat. Kehidupan kakek pun tidak mempunyai nilai plus dari segi materil, namun banyak hal yang bisa diambil pelajaran dari beliau.
Memasuki usia yang ke-73 ini, kakek masih tetap berjualan soto mie dengan metode berkeliling. Harga soto mie untuk satu porsinya pun terbilang standar, sekitar Rp10 hingga 15 ribu saja. Penghasilan kakek tidak menentu, kadang habis, kadang masih sisa, bahkan pernah dagangan kakek tidak terjual sama sekali. Namun biar begitu kakek tetap bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
Berapa pun dagangan yang terjual, beliau tidak mengeluh. Sisi kemanusiaan kakek pun tidak pernah hilang. Seketika pernah ada orang yang “kurang waras” atau biasa disebut mempunyai gangguan jiwa, orang itu terlihat kelaparan, tanpa banyak berpikir kakek pun memberikan satu porsi soto mie beliau kepada orang kurang waras tersebut, padahal orang itu tidak membelinya. Jangankan untuk membeli, untuk mengingat kehidupannya sendiri saja orang itu tidak ingat.
Tetapi dengan ikhlas kakek memberinya tanpa meminta bayaran sedikit pun kepada orang itu. Kakek pun termasuk seorang yang tidak pernah lalai dalam menjalankan ibadah.
Kakek Enji tinggal di Jakarta hanya seorang diri. Beliau hanya ditemani oleh pedagang yang profesinya sama dengan beliau. Beliau mengontrak dengan biaya Rp15 ribu per harinya. Sedangkan istri dan anak kakek tinggal di daerah Bogor. Kakek mempunyai lima orang anak dan enam orang cucu. Jarak antara Jakarta dan Bogor yang memang jauh tidak memungkinkan kakek dapat bertemu dengan keluarganya setiap hari. Tapi meski pun jauh, kakek masih tetap menyempatkan dirinya untuk pulang ke Bogor tiap dua atau tiga minggu sekali.
Kemandirian diri kakek mungkin sudah sangat terlatih sehingga dia tidak ingin merepotkan orang lain. Meski pun usia kakek sudah terlampau jauh tetapi kakek tetap semangat demi memenuhi kebutuhan hidup. Pernah kakek ditawari untuk diantarkan ke pasar oleh anak beliau yang tinggal di Jakarta tetapi kakek menolaknya.
Dengan diberikannya donasi dari komunitas Ketimbang ngemis Jakarta, kakek sangat berterima kasih sekali kepada para donatur. Tak lupa kakek mendoakan para donatur agar ditambahkan rezekinya dan sehat selalu.
Editor: Eny Wulandari