Tiga orang relawan komunitas kami perlahan bergerak mencari beberapa pengunjung Car Free Day atau CFD yang menghabiskan Minggu pagi (30 April) di sekitaran Bundaran Hotel Indonesia/HI, Jakarta Pusat. Sambil mengenakan topi KNJ buatan sendiri dengan bahan kertas karton lalu menawarkan cemilan kriuk milik kakek Salimun, kami menanyakan ke beberapa warga tentang KNJ.
Di Minggu yang cerah tersebut KNJ melakukan #KNJSocialExperiment ke-3 kami tahun ini kali ini bertajuk #KNJCampaignProject2. Ada empat tim dengan empat sosok mulia/solia berbeda yang ambil bagian dalam kegiatan kami hari itu, salah satunya adalah grup kakek Salimun, 72 tahun, pedagang cemilan gurih di Grand Wijaya, Cipete, Jakarta Selatan.
Percobaan kami pertama-tama kepada seorang remaja putri yang sedang duduk-duduk di tepi air mancur bundaran HI bersama kawan-kawannya. Dia tampak bingung melihat kedatangan tim kami lalu mengaku tidak tahu-menahu mengenai KNJ. Ia juga tidak membeli barang dagangan kakek Salimun yang kami bawa keliling. Lalu kami menjelaskan mengenai KNJ serta menginfokan alamat media sosial komunitas kami.
Tak berapa jauh dari titik pertama kami memulai eksperimen lagi kami menghampiri beberapa remaja putri lainnya, kali ini dengan usia yang lebih muda dari yang pertama. Reaksi mereka sama. Sama sekali tidak tahu mengenai KNJ dan solia. Secara polos mereka tidak membeli jualan kakek Salimun sebab hanya membawa uang jajan yang pas-pas an.
Kepada remaja tersebut kami pun menjelaskan apa itu KNJ, solia lalu menyebut alamat media sosial komunitas ini agar bisa mereka sewaktu-waktu cek. Tak lupa kami juga memberikan stiker atau kartu nama kepada mereka.
Lalu kami pun mengubah strategi. Kini kami mencoba mendekati wanita paruh baya atau ibu-ibu. Kali ini lebih miris hasilnya. Mereka sama sekali tidak mau memberi kesempatan kepada kami untuk menjelaskan apa itu KNJ lalu memilih melenggang lari santai bersama kawan.
Kampanye tim kami justru lebih berhasil di sub grup yang tidak berkeliling, melainkan tinggal di tempat bersama kakek Salimun. Untuk menarik perhatian pembeli kami membentangkan spanduk KNJ lalu menawarkan cemilan kakek Salimun ke orang yang lalu lalang.
Beberapa remaja, bapak paruh baya hingga keluarga kecil tertarik mampir ke titik jualan kami. Ada yang cermat mendengarkan penjelasan kami tentang KNJ lalu mengenai kakek Salimun lalu ada yang tak ragu membubuhkan tanda tangan di papan ‘wish list’ yang kami persiapkan sebelumnya.
Tak sedikit pula yang membeli barang dagangan kakek, yang dijual antara Rp12 dan Rp15 ribu per bungkus. Beberapa cemilan gurih yang beliau jual, di antaranya pangsit goreng dan peyek. Walau tak semuanya laku tetapi alhamdulillah sekitar 30an bungkus terjual antara pukul 6 hingga 9.30an pagi hari itu.
Kakek Salimun sangat bersyukur barang dagangannya banyak yang laku, lebih dari setengah dari total 50an bungkus yang beliau bawa dari rumahnya di Cipete. “Biasanya paling banyak laku 20 bungkus. Kadang laku cuma dua. Pernah nggak laku sama sekali,” kata kakek yang ramah ini.
Berapa pun yang beliau dapat selalu kakek Salimun syukuri. “Namanya orang dagang ya pendapatan nggak tentu,” kata sang kakek. Kakek asal Kebumen, Jawa Tengah ini, mengatakan dia bersyukur pihak Indomaret tempat ia biasa berjualan sama sekali tidak membebankan uang setor agar beliau bisa berjualan di situ. “Saya pun biasanya bantu bersih-bersih tempat jualan,” tambahnya. Selain uang jualan hari itu, kami juga menyerahkan amanah donasi dari donatur Rp1 juta ke kakek Salimun hari itu.
Setelah beberapa jam membantu kakek Salimun berdagang kami mengakhiri kampanye hari tersebut dengan rasa lega sebab sudah berusaha sebaik mungkin memperkenalkan KNJ. Ternyata memang belum banyak CFDers yang paham apa itu KNJ dan solia. Bukan perkara gampang pula membujuk mereka untuk mau mendengarkan penjelasan kami. Tetapi langkah pertama kami hari itu merupakan permulaan yang baik. Sebab bagaimana pun mencoba tetap lebih baik daripada diam dan berpangku tangan.
Editor: Eny Wulandari