Hari ini, 5 Juli 2020 terasa sangat spesial. Ini pekan pertama KNJ melakukan eksekusi donasi offline setelah tiga bulan banyak melakukan project dari rumah aja. Kami akan menemui kakek Surya, 67 tahun, seorang penjual sandal jepit di sekitar mall Kalibata, Jakarta Selatan.
Hari ini begitu cerah, perjalanan kami tak terkendala oleh cuaca. Setibanya di depan mall Kalibata rupanya kami salah titik. Kami mengkonfirmasi ulang mengenai titik posisi yang akurat di mana kakek berjualan pada tim Field Executor. Setelah mendapat informasi, kami langsung ke lokasi.
Kakek Surya sudah berada di pintu pejalan kaki mall dari arah stasiun. Siang itu Kalibata sangat panas dan ramai. Banyak pengemudi ojek online yang sedang beristirahat di bawah fly over. Ada pemulung yang berhenti sejenak sekedar membasuh keringat di dahi dengan kaos lusuhnya. Tak ketinggalan ada pengamen yang hilir mudik di antara kendaraan saat pintu perlintasan kereta ditutup.
Saat kami temui, kakek sedang merapikan dagangan dan barang pribadinya, seperti jaket dan air minum. Ekspresi wajah beliau sangat sendu, tatapan matanya selalu kosong. Kami membawa kakek ke dalam mall. Sengaja kami tidak banyak lakukan percakapan di tempat jualan karena mendapat informasi bahwa kakek Surya ini mudah menangis, apalagi kalau ditanya soal kehidupan pribadi dan kegiatan sehari-hari.
Setiba di dalam restoran, kami mengawali obrolan dengan pertanyaan pertama, “Kakek apa kabar? Dijawab dengan Alhamdulillah baik dan diiringi dengan tangisan… Beliau menangis sepanjang bercerita.
Beliau bercerita bahwa ia berdagang sandal jepit di depan mall Kalibata sejak kurang lebih 20 tahun yang lalu. Beliau berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Kakek Surya tinggal di Jakarta sendiri. Istri kakek telah lama meninggal dunia sedangkan anak perempuannya sudah menikah di Cirebon. Ia sudah dua tahun menjadi TKI di Arab Saudi.
Setiap sebulan sekali kakek Surya pulang ke Cirebon. Kakek juga bercerita kadang-kadang saja diberi uang oleh menantunya. Rumah beliau di Cirebon terpisah dari anak dan menantunya. Beliau berdagang dari jam 11 siang hingga jam 8 malam. Beliau membeli barang dagangannya di pasar pagi, Asemka, Kota Tua, setiap empat hari sekali. Beliau menaiki mikrolet jurusan kampung Melayu – Tanah Abang lalu pindah ke jurusan Tanah Abang – Kota.
Penghasilan yang ia dapatkan per hari sebelum pandemi COVID-19 antara Rp 80 dan 100 ribu. Beliau mengaku saat pandemi penghasilan turun drastis karena mall Kalibata sempat tutup. Saat ini pun pengunjungnya berkurang.
Kakek Surya mengontrak kamar seharga Rp500 ribu per bulannya. Untuk makan sehari-hari beliau membeli di warteg dekat rumah dan kadang menerima makanan oleh tetangga sekitar. Untuk kesehatan, beliau mengaku sering sesak nafas. Beliau tidak memiliki BPJS. KTP beliau masih KTP Cirebon.
Kakek Surya bercerita bagaimana situasi sekitar mall Kalibata agak berbahaya dengan banyak pencopet saat malam hari. Beliau pernah dipalak sandalnya oleh preman. Ketika ditanya kenapa kakek kasih? Beliau menjawab, “Kasih aja lah neng, daripada kenapa-kenapa” dengan air mata berderai.
Ketika ditanya, apa yang masih mau dicari di usia segini? Beliau menjawab: “Saya mau jualan untuk agar tetap hidup”. Kakek menerima donasi Rp2 juta dan donasi amanah Rp1,65 juta. Sehingga total donasi untuk kakek mencapai Rp3.650.000.
Saat menerima donasi tak henti-hentinya menangis. Setelah kami rasa cukup, kami memutuskan untuk pulang. Di akhir pertemuan kakek Surya mengucapkan banyak terima kasih kepada donatur karena sudah dibantu. Semoga donasi yang diberikan kepada kakek Surya bermanfaat dan kakek Surya sehat selalu, amiin ya robbal’alamiin.
Editor: Eny Wulandari