Cuaca pada Minggu (19/2) mendung dan terkadang hujan tidak menyurutkan niat kami untuk pergi ke tempat sosok mulia yang satu ini, kakek Mulyono. Hari itu waktu kami menyerahkan titipan donasi dari donatur untuk target solia project 17.
Sebelumnya, karena kami tidak menjanjikan apa-apa, pada Sabtu kami sengaja untuk kembali bertemu dengan kakek. Awalnya tidak bertemu dengan beliau. Lalu kami memutuskan untuk menunggu beliau di Monas. Sekitar pukul 4 sore, kami kembali ke Jl. Veteran. Kami bertemu dengan beliau tetapi saat itu kakek sedang tidur dengan hanya beralaskan koran. Sebab tidak ingin mengganggu istirahat beliau, kami pergi dulu ke masjid Istiqlal. Lalu pukul 5 sore, kami melihat kakek sedang duduk membaca koran.
Kami pun membeli dagangan kakek, yaitu secangkir susu. Saat hendak pamit, kami bertanya berapa yang harus kami bayar. Kakek menjawab “Ah, nggak usah nggak apa-apa”. “Nggak mungkin nggak bayar hehe”. “Besok jualan kan, kek? Besok mau ketemu kakek lagi”.
Kakek bilang: “Iya jualan kok, dari pagi di sini”. Lalu kami berpamitan dan memberikan uang membeli susu tadi. Walau tak banyak, kakek Mulyono senang sekali menerimanya.
Lalu pada Minggu saat hari penyerahan donasi dari donatur, kami agak cemas sebab hujan melanda Jakarta sejak pagi. Kami takut kakek tidak berjualan sebab kami tidak mempunyai alamat tempat tinggal beliau.
Benar saja. Setiba di lokasi jualan, beliau memang tidak terlihat. Kami pun bertanya ke orang di sekitar beliau berdagang. Menurut mereka, kakek Mulyono sebentar lagi datang. Kami bersyukur kakek Mulyono terlihat dari kejauhan dengan sepedanya. Ternyata beliau usai berkeliling di Pasar Baru dan membeli makan.
Pada saat itu, kakek hendak makan. Ketika saya mendekati beliau, kakek mengajak kami makan bersama. Berhubung ada amanah donatur yang harus disampaikan, kami pun bilang ada sedikit rezeki untuk beliau. Dalam obrolan singkat ada kalimat, “Saya malu minta-minta, lebih baik saya jualan.” Sungguh salut, kek.
Editor: Eny Wulandari
