Laba sedikit tidak menyurutkan semangat kakek Hasan, 53 tahun, dalam menawarkan mainan anak dan aksesoris wanita di kawasan Condet, Jakarta Timur. Kami menemui beliau untuk menyerahkan bantuan dari donatur dan sahabat KNJ pada Minggu, 6 Desember 2020.
Beliau datang dari Subang, Jawa Barat, untuk mengadu nasib ke Jakarta dengan niat ingin mencari rezeki halal untuk keluarganya. Di Jakarta, kakek Hasan tinggal sendirian dengan mengontrak sebuah kamar petak di daerah Condet dengan sewa Rp700 ribu/bulan. Istrinya tinggal di rumah anak pertamanya,bersama dengan menantu, cucu, dan kedua anak lainnya.
Kakek Hasan berjualan dari Senin hingga Sabtu, mulai pukul 06.30 – 17.00 WIB. Beliau berkeliling menjajakan dagangannya ke sekolah-sekolah dan gang-gang di daerah Condet. Untuk setiap mainan yang dijual, beliau mendapat keuntungan antara Rp500 dan 1000. Setelah dagangannya sudah mulai habis, uang hasil dagangannya baru bisa beliau belanjakan untuk dagangan selanjutnya.
Di masa pandemi ini, pendapatan kakek sangat berkurang jauh, bahkan tidak jarang dalam sehari beliau tidak mendapat pemasukan sama sekali. Terbukti terlihat dari barang dagangannya yang sedikit karena tidak ada uang yang bisa beliau belanjakan untuk mengisi gerobaknya.
Pun dengan biaya kontrakan, yang belum beliau bayar selama tiga bulan terakhir. Namun di tengah kesulitan yang sedang beliau hadapi, tidak terdengar sedikitpun keluhan sepanjang kami berbicara walaupun kami paham sebenarnya banyak sekali beban berat di pundaknya. Beliau tetap menguntai senyum, beliau jalani semuanya dengan ikhlas.
Satu yang beliau yakini bahwa Allah akan selalu memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang sudah berikhtiar, berdoa, dan bertawakal. Itu yang menjadi kekuatannya menjalani kerasnya kehidupan dunia,
Pelajaran yang sangat berharga untuk kami semua dari seorang kakek Hasan, pejuang rezeki dari Subang.
Terima kasih beliau ucapkan untuk semua para donatur dan teman-teman KNJ. Semoga keberkahan dan hal baik juga kembali kepada mereka yang memperhatikan kaum kecil.
Penulis dan editor: Eny Wulandari