Sosok mulia atau solia ke-2 yang menerima bantuan pada project eksekusi ke-66 adalah ibu Sri Hartini, 63 tahun. Beliau sehari-hari berjualan kue basah secara keliling di sekitar kampus UHAMKA FKIP, Kampung Rambutan, Jakarta Timur.
Ibu Sri Hartini berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Di Ciracas, Kampung Rambutan, beliau dan keluarga menempati sebuah rumah kontrakan yang sudah ditinggali selama puluhan tahun. Sewa per bulannya Rp1 juta.
Beliau dikenal sebagai pribadi yang baik hati dan pekerja keras. Pernah suatu ketika beliau terkena tipu oleh calon pembeli. Kerugian ratusan ribu Rupiah beliau alami. Saat kue yang beliau jual tidak semuanya habis, beliau kemudian membagi-bagikannya ke tetangga. Ibu Sri tidak takut merugi sebab tujuan mencari nafkah salah satunya adalah mengharap berkah dan Rahmat dari Allah SWT dengan jalan bersedekah.
Kue yang beliau jual berasal dari produsen. Laba bersih yang beliau dapatkan hanya Rp50 ribu per harinya. Selama berjualan, ibu Sri mendorong gerobak yang sudah menjadi milik pribadinya selama tujuh tahun terakhir.
Ibu Sri mendorong gerobaknya untuk menjual aneka kue tersebut mulai dari jam 6 pagi hingga maksimal waktu Dhuhur. Namun beliau sering terkendala saat mendorong gerobaknya karena nyeri kaki yang ia alami. Saat ditanya, beliau sendiri pun kurang paham akan penyakitnya, apakah asam urat atau tidak.
Ia bercerita saat sakit di kakinya kambuh, seringkali beliau digantikan oleh anak bungsunya yang berusia 21 tahun bernama Anna. Beliau sendiri tinggal bertiga dengan anak bungsu dan juga cucunya. Keempat anaknya yang lain sudah hidup dengan keluarganya masing-masing dan tidak pernah mengunjungi beliau. Sosok suami ibu Sri Hartini sendiri kabur tidak tahu kemana.
Selain berjualan, beliau kerap mengikuti pengajian remaja. Semangat belajar ibu Sri sungguh luar biasa dalam mencari ilmu. Beliau tidak malu walaupun ia berkata menjadi satu-satunya yang berusia paling tua di kelompok pengajian itu. Meski terkendala biaya, ibu Sri tetap bersemangat menyekolahkan anak bungsunya ke jenjang universitas dengan biaya yang lebih terjangkau.
Terima kasih banyak donatur dan sahabat KNJ sebab bantuan tersebut akan beliau gunakan untuk membiayai anak bungsunya berkuliah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Editor: Eny Wulandari