what's on|

Belum lama ini kita memperingati Hari Kemerdekaan bangsa kita yang ke-76. Kata “merdeka” mempunyai makna yang begitu beragam bagi setiap anak bangsa, tak terkecuali untuk relawan kami yang satu ini, Utami Nur Kholifah. Yuk baca bagaimana renungan Tami, biasa dia dipanggil di komunitas ini, tentang ulang tahun Indonesia ke-76 kali ini. Tulisan berikut adalah opini pribadi si penulis dengan penyuntingan seperlunya. 

Tahun ini merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia masih dengan begitu haru. Kondisi yang masih begitu serba sulit menjadikan diri begitu larut ketika turut menyanyikan lagu kebangsaan saat Sang Saka Merah Putih dikibarkan. Doa dalam lirik lagu Indonesia Raya begitu menyentuh hati, mengingat kondisi negeri sedang tertatih. Di dalam kondisi serba pelik, kesadaran diri untuk terus berkontribusi sangat dibutuhkan. Karena masalah tidak selesai dengan saling menyalahkan. Maka, ketika di sana-sini banyak pihak yang memperkeruh kondisi dengan menyebarkan berita hoax, korupsi, provokasi, memperkaya diri, saya teringat bahwa  kita selalu punya pilihan apakah turut menjadi Sengkuni atau menjadi bagian menyelesaikan masalah di negeri ini.

Mengapa harus saling mencaci?

Mengapa harus saling menuduh?

Mengapa tidak saling membantu?

Terlepas ada pemangku kebijakan, lakukanlah kebaikan atas nama kemanusiaan. Menurut saya itu sudah cukup menjadi dasar untuk membuat bangsa ini sedikit merasa baik-baik saja. Cukup virus Covid-19 yang menyerang negeri ini, jangan ada lagi virus-virus yang lain. Mari kita cegah virus inteloransi, virus hasad dan iri dengki merasuki negeri. Saya percaya semua makhluk di dunia ini adalah baik karena refleksi dari Sang Pencipta Yang Maha Baik. 

Mari saya ajak sejenak merefleksi lirik lagu Indonesia Raya,

Indonesia

Tanah airku

Tanah tumpah darah ku

Di sanalah aku berdiri

Jadi pandu ibuku.

Ini bermakna pengakuan diri bahwa raga ini adalah putera dan puteri negeri.

Indonesia Kebangsaanku

Bangsa dan tanah airku

Marilah kita berseru:

Indonesia bersatu

Sejak 76 tahun yang lalu, bangsa ini meminta untuk kita semua bersatu. Sejak 76 tahun yang lalu, kita diminta untuk selalu ingat akan persatuan. Sejak 76 tahun yang lalu, bangsa ini sudah khawatir akan perpecahan.

Hiduplah tanahku

Hiduplah negeriku

Bangsaku Rakyatku

Semuanya

Bangunlah jiwanya

Bangunlah badannya

Untuk Indonesia Raya

Menjadi sebuah harapan dan doa atas segala kondisi negeri tercinta. Membangun jiwa tertulis lebih dulu dari membangun badan. Karena di dalam jiwa yang sehat ada badan yang kuat. Mengingatkan diri bahwa jiwa harus terus sehat dalam kondisi apapun. 

Indonesia Raya

Merdeka Merdeka

Tanahku Negeriku

Yang ku cinta

Indonesia Raya

Merdeka Merdeka

Hiduplah Indonesia Raya

Diakhir ditutup dengan kalimat penuh optimis bahwa negeri ini akan selalu merdeka, akan selalu ada. 

Mengisi kemerdekaan dengan berbuat kebaikan adalah hal yang bisa dilakukan. Tanpa memandang usia, suku, ras dan agama semua orang bisa melakukan. Negara sudah sangat lelah diserang virus yang menyerang dunia. Mari kita bersama-sama bergerak menjadi bagian berkontribusi untuk negeri dengan menjaga diri, menjaga keluarga, peduli dengan sesama.

Di perayaan HUT RI ke-76 saya menyadari bahwa menjadi relawan di Ketimbang Ngemis Jakarta adalah nasionalis. 

Dirgahayu Indonesia

Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

Penulis: Utami Nur Kholifah
Editor: Eny Wulandari

4 Replies to “Dirgahayu RI ke-76: Kebaikan Tanpa SARA Sebagai Akar Kemerdekaan Sesungguhnya”

  1. Bimrmdhn says:

    Panjang umur Ketimbang Ngemis Jakarta

  2. NG says:

    Terima kasih KNJ telah mempersatukan Bangsa, kiranya Indonesia dapat bersatu demi melawan covid-19. Jaya selalu Indonesia dan KnJ 💖😘

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close Search Window