Kegiatan internal KNJ, what's on|


Masih pada kelanjutan artikel sebelumnya, setelah rangkaian teknis untuk dilakukannya program ini serta sudah diumumkannya pula solia yang akan menjadi target pada program ini, tahap selanjutnya adalah pemberian berupa Kado Lebaran untuk Solia atau KLUS yang akan dilaksanakan pada 27 Mei 2018.

Minggu 27 Mei waktu 07.00 pagi. Masing-masing tim sudah mulai berdatangan menuju lokasi pengambilan bingkisan dan juga parsel Lebaran di rumah salah satu relawan kami. Karena rute dari target solia yang berbeda-beda maka setiap tim melakukan penyesuaian berupa kendaraan yang dipakai, misalnya ada yang membawa mobil, ada yang membawa kendaraan bermotor atau memesan kendaraan online melalui aplikasi online yang sudah marak digunakan oleh masyarakat.

Seperti halnya yang dilakukan oleh gim 3 yang beranggotakan enam orang. Mereka menggunakan tiga sepeda motor untuk membawa parsel dan juga bingkisan. Dalam setiap tim terdapat dua orang anggota dari divisi Dokumentasi untuk mengambil setiap momen penyerahan Kado Lebaran Untuk Solia ini. Dokumentasinya berupa foto dan juga video. Beberapa tim sudah mulai menuju lokasi mereka masing-masing.

Hari sudah mulai terang, matahari mulai merangkak naik secara perlahan-lahan untuk menampakkan dirinya. Cahayanya cukup membuat silau dan tentu saja terasa semakin panas. Setelah semuanya siap “Tim 3” pun mulai berangkat menuju target solia mereka yang pertama, yaitu nenek Yuni, usia 72 tahun. Beliau bekerja sebagai tukang pijit di daerah jalan Salemba Tengah 3 RT 06 RW 08, Kelurahan Paseban Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.”

Nenek Yuni

“Tim 3” mulai berangkat sekitar pukul 10.00 dari tempat pengambilan bingkisan dan parsel lalu tiba pukul 11.00. Ketika sampai di sana, nenek sedang tidur di rumahnya bersama cucu-cucunya. Betapa memilukan melihat kondisi rumah nenek sendiri. Ruangan yang kalo dikira-kirakan berukuran 3×4 meter itu tampak padat dengan tubuh cucunya yang sedang asik dalam balutan mimpi. Sungguh tragis rasanya melihat ketimpangan sosial di tengah jantung kota yang menjadi pusat bagi banyak pekerja.

Kami mengetuk pintu rumah nenek yang ditutup, sebelumnya kita memang sudah janji akan menemui beliau pada hari ini. Tak lama kemudian nenek keluar dengan raut muka yang terlihat senang ketika kami masih sempat untuk datang mengunjunginya. Parsel dan juga bingkisan yang sebelumnya kami sudah siapkan pun kami langsung berikan kepada beliau. Nenek pun menangis beberapa menit kemudian. Nenek tak henti mengeluarkan air mata serta mengucapkan terima kasih untuk teman-teman KNJ dan juga para donator serta mendoakan agar dilapangkan rezekinya. Aamiin.

Tim pun berangkat lagi menuju target kedua yang rumahnya cukup jauh jaraknya, yaitu nenek Jumini, penjual opak, kerupuk dan macaroni di depan toko parfum Condet.

Hari sudah siang  ketika tim berangkat menuju rumah nenek Jumini. Sinarnya sangat mentereng dan sengatannya pun cukup membuat keringat mengucur begitu saja. Belum lagi kondisi jalanan ibukota di hari Minggu cukup padat. Namun semangat teman-teman dari “Tim 3” tidak luntur hanya karena permasalahan itu. Setelah menempuh perjalanan hampir setengah jam, akhirnya tim sampai di tempat tinggal nenek Jumini.

Ketika kami tiba di sekitaran rumah nenek, sungguh hati kami rasanya seperti ingin menangis saja. Bagaimana tidak, rumah nenek berada di gang yang berseberangan dengan Rumah Sakit Restu Kasih Kramat Jati di dekat kali yang sewaktu-waktu dapat meluap ketika  musim hujan. Awalnya kami mengira di gang itulah rumah nenek berada, namun ternyata perkiraan kami salah. Rumah nenek berada di dalam gang lagi yang luas gangnya pun hanya cukup untuk 1 kendaraan motor saja, kami pun terpaksa memarkirkan motor di depan mushola di ujung gang sebelumnya (depan gang rumah nenek). Tak cukup sampai di situ, ketika kami tiba di rumah nenek, hati kami terasa semakin pilu melihat perjuangan nenek yang sudah lebih dari sepuluh tahun berjualan opak. Rumah nenek hanya berukuran 2×2 meter, hanya muat untuk nenek merebahkan badan dan menaruh sebuah lemari dan beberapa perabotan.

Nenek sendiri memang sudah menunggu di rumah beliau karena beberapa hari sebelumnya kami sudah membuat janji ingin berkunjung ke rumah nenek. Saat kami semua bertemu dengan nenek, raut wajah nenek tampak begitu senang ketika kami datang untuk bersilaturahmi serta mengunjungi nenek.

Kebahagiaan nenek tergambar dari banyaknya cerita yang dia kisahkan, sungguh sebuah ironi yang begitu memilukan ketika kami mengetahui bahwa kebahagiaan terbesar nenek Jumini adalah saat ada orang yang datang mengunjunginya untuk sekedar mendengarkan apa yang telah dia lalui selama ini. Rasanya sangat tidak enak hati ketika kami harus memotong beberapa cerita nenek untuk menjelaskan maksud dan tujuan kami datang. Setelah memberikan parsel dan juga bingkisan, nenek mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kunjungannya. Nenek pun memanjatkan doa untuk para donator yang telah memberikan bantuan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close Search Window