Di usianya yang sudah 60an tahun, kakek Atat masih berkutat dengan pekerjaannya sebagai montir sepeda. Bengkel tersebut kepunyaan beliau sendiri yang berada di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Jam buka bengkel beliau mulai dari pagi hingga malam hari dengan penghasilan tidak menentu.
Pendapatan terbesar dapat mencapai antara Rp100 dan Rp200 ribu. Tetapi, saat sepi pelanggan, pendapatannya hanya Rp50 ribu dalam sehari. Bahkan, beliau pernah tidak mendapatkan penghasilan sama sekali.
Dari pendapatan tersebut, kakek memutarnya untuk menjadi modal berjualan. Bersama dua orang anaknya, kakek menempati rumah pribadinya. Istri beliau sudah meninggal dunia. Pasangan ini sebenarnya dikaruniai tiga orang anak tetapi salah satu anak beliau sudah meninggal dunia saat masih kecil. Salah satu anak yang sekarang merupakan anak adopsi. Anak beliau yang kandung merupakan seorang perempuan yang menjadi ibu rumah tangga.
Kakek merantau dari Bangka. Saudara beliau juga tinggal di Jakarta. Selain menjalankan usaha bengkel tersebut, kakek mempunyai kontrakan dua pintu dengan sewa antara Rp200 dan Rp300 ribu per bulan. Sayangnya, uang kontrakan dipegang oleh anaknya. Beliau kurang menikmati uangnya sehingga lebih memilih bekerja.
Kakek Atat mengeluhkan penglihatannya yang mulai buram. Pribadi yang rendah hati, beliau tetap sabar menghadapi perilaku anak adopsinya yang kurang baik. Kami memutuskan membelikan peralatan bengkel buat beliau dan sekitar Rp500 ribu sebagai uang pegangan ke kakek Atat. Dengan demikian, uang donasi dari donatur dan sahabat KNJ akan lebih membantu beliau lebih bersemangat dalam bekerja.
Terima kasih untuk sahabat dan donatur KNJ atas bantuannya untuk kakek Atat dalam project eksekusi ke-66 pada Juni 2023 lalu.
Penulis dan editor: Eny Wulandari