Bagi yang biasa beraktivitas di kawasan Cipinang, mungkin pernah melihat sosok mulia atau solia yang satu ini. Nama beliau adalah bapak Sholihin, 56 tahun. Sehari-hari, beliau menjual harum manis atau rambut nenek di sekitar Cipinang, Rawamangun, hingga UKI, Jakarta Timur.
Kami bersyukur sekali bisa menemui beliau untuk menyerahkan donasi dari donatur dan sahabat KNJ ke beliau dalam project eksekusi rutin November 2021 lalu. Bapak Sholihin menginspirasi kami dan banyak warganet berkat kegigihan beliau yang masih bekerja keras untuk diri sendiri dan keluarga walau usia sudah senja.
Harum manis yang biasa beliau jajakan dijual dengan mulai dari Rp2 ribu hingga Rp3 ribu per bungkus. Dalam sehari, jika dagangan tersebut laku beliau bisa mendapatkan keuntungan antara Rp50 ribu dan Rp70 ribu. Namun jikalau sepi, pembeli beliau hanya bisa mendapatkan keuntungan antara Rp20 ribu dan Rp30 ribu dalam sehari. Beliau biasa berjualan mulai dari pukul 10 pagi hingga Maghrib tiba.
Beliau hidup di Jakarta tinggal bersama kakak kandungnya yang juga ditemani oleh anak-anak dan istri dari kakak kandung beliau. Bapak Sholihin tinggal di rumah tersebut secara gratis. Beliau sekadar membantu biaya listrik Rp30 ribu setiap bulannya.
Kluarga bapak Sholihin sendiri tinggal di daerah Sukabumi bersama dengan mertua beliau. Bapak Sholihin memiliki 4 tanggungan yaitu satu orang istri dan tiga orang anak. Anak pertamanya sudah bekerja pada sebuah koperasi di daerah Priuk, Jakarta Utara, dan tinggal di sebuah mess. Sedangkan anak keduanya masih SMA dan anak ketiganya masih berusia 1,5 tahun.
Setiap bulannya beliau harus mengirimkan sekitar Rp300 ribu guna keperluan sehari-hari istrinya dan juga biaya sekolah anaknya. Namun tak jarang uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan tersebut kurang atau terpaksa meminjam pada saudara atau tetangga di sana dikarenakan jualan bapak Sholihin yang sepi pembeli di sini.
Sebelum berjualan seperti saat ini, bapak Sholihin pernah menjadi seorang penjaga sekolah pada salah satu sekolah di daerah UKI. Namun sungguh miris ketika mendengar beliau bercerita dimana beliau harus berjalan kaki setiap hari untuk sampai ke sekolah tersebut dari Cipinang hingga UKI. Beliau hanya dibayar Rp50 ribu setiap bulannya.
Namun dikarenakan pandemi saat ini akhirnya beliau beralih profesi menjadi seorang penjaja harum manis. Karena menurut beliau sekecil apapun usaha yang dilakukan itu lebih baik daripada mengemis atau meminta-minta. Sungguh malu katanya jika harus seperti itu.
Tadi beliau juga sempat bercerita bahwa beliau belum sempat untuk pulang ke Sukabumi untuk mengunjungi keluarganya dikarenakan keuangan yang sangat sulit disini dan sepinya pembeli karena hujan.
Bapak Sholihin tergolong seorang pejuang nafkah yang sangat tangguh karena di usia yang tidak lagi muda ini beliau masih memiliki penglihatan, pendengaran dan kondisi fisik yang baik. Hanya saja sempat kami mengamati ada sesuatu yang aneh pada dahi bapak Sholihin dan beberapa bagian lagi di kepalanya. Tapi mungkin bapak Sholihin kurang paham mengenai hal tersebut karena yang beliau tahu ketika merasa badannya sehat dan baik-baik saja tentu artinya beliau sehat-sehat saja.
Beliau sangat berterima kasih pada seluruh donatur dan tim KNJ atas bantuannya. Beliau akan memakai uang tersebut untuk ongkos pulang ke Sukabumi untuk melepas rindu dengan keluarga dan juga digunakan untuk membiayai sekolah anaknya. Untuk saat ini bapak Sholihin tidak memiliki harapan yang besar untuk kehidupannya. Beliau hanya berharap semoga dagangan yang beliau jajakan selalu laku sehingga dapat terus membiayai kebutuhan keluarganya.
Penulis dan editor: Eny Wulandari