Meski memiliki keterbatasan fisik, bapak Santoso tidak menyerah dalam mencari nafkah untuk keluarganya di rumah. Demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bapak Santoso berjualan koran di lampu merah Jl. Pengeran Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Beliau mulai menjual koran seharga Rp5 ribu dari pukul 09:00 hingga 14:30 WIB.
Bapak Santoso berjualan koran sejak 2008. Penghasilan bapak Santoso dalam sehari paling tinggi bisa mencapai Rp130 ribu, atau terkadang tidak laku sama sekali. Penghasilan pak Santoso yang tidak menentu itu masih harus dipotong untuk membayar ojek langganannya dengan sistem antar jemput sebesar Rp40 ribu/hari. Pendapatan tersebut juga akan dikurangi untuk modal dagangan korannya sekitar Rp99 ribu dan Rp134 ribu.
Bapak Santoso saat ini berusia 37 tahun. Beliau tinggal di kontrakan satu petak berukuran kurang lebih 3x3m dengan kamar mandi dalam seharga Rp1,2 juta (listrik terpisah). Setiap minggu, pemakaian token listrik mencapai Rp50 ribu. Dalam 1 kontrakannya terdiri dari enam orang, termasuk ayah mertua, istri beserta tiga orang anaknya. Kontrakan beliau beralamat di Jl. Kramat Pulo Dalam 2 No.GG 2, RT.10/RW.5, Kramat, Kec. Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10450.
Bapak Santoso memiliki enam orang anak dengan rincian seorang anak kandung dari istri pertama, seorang anak kandung dari istri ke-2 dan empat orang anak sambung dari istri ke-2. Istri pertama beliau ditinggal cerai dan beliau menikah dengan istri kedua yang memiliki empat orang anak.
Bapak Santoso telah putus kontak dengan anak kandung pertamanya yang tinggal di Klaten, Jawa Tengah, karena kehilangan HP, beserta nomor HP anaknya. Anak kandung ke-2 bapak Santoso baru berusia lima tahun. Sedangkan anak sambung pertama bapak Santoso sudah menikah. Anak keduanya dimasuksan ke Pondok Pasantren, anak ketiganya tidak sekolah (tetapi ada rencana mau dimasuskan pesantren), dan anak ketiganya masih kelas 5 SD.
Pada 2006 beliau mengalami kecelakaan sehingga beliau kehilangan kaki kirinya setelahh enam kali operasi. Dan terakhir dokter menyarankan untuk diamputasi agar tidak menjalar kemana-mana.
Beliau sempat tidak bekerja selama tiga bulan terakhir ini dikarenakan sakit. Demi memenuhi kehidupan keluarganya sehari-hari, beliau harus menggadaikan HP dan motornya. Beliau juga menunggak biaya kontrakan dalam bulan ini sebesar Rp400 ribu. Sedangkan istri beliau seorang ibu rumah tangga dan ayah mertuanya bekerja sebagai sopir ojek pangkalan.
Terima kasih banyak sahabat dan donatur KNJ atas perhatian dan bantuannya untuk bapak Santoso dalam project eksekusi ke-61 pada 3 Juli 2022 lalu.
Editor: Eny Wulandari