Perkenalkan, beliau adalah kakek Suparmin. Kakek yang berusia 75 tahun ini adalah orang asli Kebumen, Jawa Tengah yang telah merantau ke Jakarta selama berpuluh-puluh tahun dan memiliki tujuh orang anak dan sembilan cucu.
Saat ini kakek Parmin bertempat tinggal di daerah Jatibaru, Jakarta Pusat. Kontrakan sepetak berukuran 3×3 meter itu didiami oleh kakek beserta istrinya, seorang anak, dan seorang cucu yang masih berusia 3 tahun. Beliau harus rutin membayar kontrakan tersebut sebesar Rp1,2 juta per bulan, ditambah lagi kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan cucunya yang masih kecil.
Anaknya yang juga bekerja sebagai penjaga toko kain di daerah Jatibaru masih sangatlah tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Di sinilah peran kakek Parmin berjuang menafkahi keluarganya tanpa memilih jalan mengemis.
Sehari-harinya beliau adalah penjual minuman dingin keliling di daerah Tanah Abang – Cideng. Dengan kaki yang terkendala, beliau berangkat dari rumahnya sekitar jam 7 atau 8 pagi dan mulai berkeliling di daerah Tanah Abang terlebih dahulu. Sekitar pukul 2 siang kakek Parmin menjajakan dagangannya tepat di lampu merah bawah flyover Cideng.
Dengan baju lengan panjang yang lusuh, berkopyah hitam dan bertopi, juga dengan sandal jepit yang memiliki hak berbeda ini, kakek Parmin dengan sabar berkeliling dan menawarkan air minum dinginnya ke pengendara-pengendara bermotor saat lampu merah menyala.
Kakinya yang terkendala ini akibat kecelakaan sepeda motor beberapa tahun lalu. Tetapi, kakek Parmin tidak berputus asa untuk mendorong dagangannya. Trolly dorong roda dua yang mengangkut cooler box inilah yang membantu kakek Parmin berjalan dari satu tempat ke tempat lain.
Sesekali dorongan itu berhenti karena si kakek kelelahan. Terkadang ada pula beberapa oknum yang mengambil jualannya tanpa membayar. Namun, semua itu tetap membuatnya ikhlas berjuang demi keluarga.
Semangat kakek Parmin seharusnya membuka mata kita bahwa perjuangan memang tidaklah mudah. Sebagai pejuang nafkah yang setia berproses pada keberkahan, tak sedikitpun membuatnya mengiba atau memelas di depan orang lain. Sakitnya tak membuat beliau berpangku tangan. Justru membuat kakek Parmin lebih tak gentar menjalani hidupnya.
Terima kasih kakek Parmin telah menjadi panutan anak muda kini dan terima kasih para donatur atas sumbangsih yang bermanfaat ini.
Penulis: Made
Editor: Eny Wulandari