Kakek Djumadi berprofesi yang cukup unik. Sehari-hari, beliau menjual petai Cina sebelum halte Transjakarta Kayu Putih, Rawasari, Jakarta Timur. Pasti menemukan penjual petai Cina di sekitar halte Transjakarta termasuk hal yang jarang ditemui bukan?
Lokasi tersebut menjadi lokasi utama beliau berdagang. Setiap hari, kakek Djumadi, 65 tahun, menawarkan petai Cina ke calon pembeli. Jam berjualan mulai dari pukul 10 pagi hingga 3 sore. Setelahnya, beliau akan menjual di daerah Jatinegara sampai Maghrib lalu pulang ke rumah.
Tidak bisa dipungkiri menjual petai Cina di lokasi tersebut bukan hal yang gampang. Paling besar, beliau mendapatkan keuntungan Rp100 ribu tetapi rerata, laba per hari antara Rp20 dan Rp30 ribu. Bahkan, saat mendatangi beliau pada 2 Juli 2023, kakek Djumadi bercerita belum pernah mendapatkan uang dalam beberapa hari.
Meski sulit, kakek Djumadi tetap pantang mengemis. Selain karena takut oleh istri, beliau mengatakan mengemis bukanlah pekerjaan yang mulia. Baginya, lebih baik bekerja karena masih kuat.
Kakek dan istri mempunyai seorang anak yang saat ini tidak sedang bekerja. Mereka juga dikaruniai oleh seorang cucu yang sudah lulus Sekolah Dasar atau SD. Keluarga ini tinggal mengontrak di sebuah rumah dengan sewa Rp350 ribu per bulan, belum termasuk tagihan listrik. Lokasi kontrakan mereka terletak di daerah Jatinegara, Prumpung, sebelum masuk pintu tol.
Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan donasi dari para donatur dan sahabat KNJ. Rencananya, kakek akan menggunakan uang bantuan tersebut untuk membayar biaya sekolah cucunya.
Editor: Eny Wulandari