Hari kerja kakek Asnawih, 63 tahun, dan nenek dimulai setelah sholat Subuh. Mereka berdua mempersiapkan barang dagangan, menggoreng dan membungkusnya dengan rapi. Barang dagangan di antaranya berupa rengginang dan keripik pisang ukuran sedang dan besar.
Setelah siap, kakek Asnawih menggowes sepeda onthel lawasnya untuk pergi berjualan. Setiap bungkus keripik pisang, misalnya, beliau tawarkan seharga Rp10 ribu untuk ukuran sedang dan Rp25 ribu untuk ukuran besar.
Walau sudah tidak lagi muda tetapi kakek Asnawih masih sehat dan cepat dalam mengayuh sepedanya. Beliau menaruh seluruh dagangan dengan mengikatnya secara kuat agar tidak jatuh. Rute beliau adalah dari kontrakannya di jalan Masjid Cidodol ke halte sekitar SMK Satria, Srengseng, Jakarta Barat.
Sudah empat bulanan beliau berjualan di lokasi ini. sebelumnya, kakek berdagang keripik pisang di daerah Rawa Belong. Kakek berjualan mulai dari jam 7an pagi hingga 12 an siang. Habis atau tidak, beliau akan pulang ke kontrakannya.
Penghasilan beliau tidak menentu. Saat kami mendatangi beliau, kakek menceritakan pendapatan kotor sehari dapat mencapai Rp100 ribu, yang artinya baru balik modal saja. Kakek memperoleh bahan pisang dari beberapa pedagang yang untungnya baru akan meminta uang setelah keripik pisangnya terjual.
Biasanya, dagangan kakek akan laris sekitar musim Lebaran dimana penghasilan kotor bisa mencapai Rp2-3 juta dalam sehari, 2 hari atau 10 hari sebab banyak yang memesan dalam jumlah besar, seperti 1 atau 2 kilo.
“Tetapi itu hanya dua bulan saja,” imbuh kakek ramah ini.
Di Jakarta, kakek tinggal berdua bersama sang istri di kontrakannya yang sekarang sejak 1970. Kontrakan tersebut disediakan oleh saudara beliau sehingga kakek hanya membantu membayar biaya listrik dan air yang mencapai Rp500 ribu per bulan.
Kontrakan beliau sudah cukup baik walau terlihat sudah banyak atap kayu yang mulai menua. Alhamdulillah, kakek dan nenek sehat. Anak dan dua cucunya tinggal di Bogor dengan frekuensi pertemuan rata-rata sebulan sekali.
Terima kasih banyak sahabat dan donatur KNJ untuk perhatian dan bantuannya untuk kakek Asnawih sekeluarga.
Penulis dan editor: Eny Wulandari