Asma bukanlah penyakit yang ringan. Akan tetapi, meski mengidap asma sejak lama, kakek Kadsari terus berjuang mencukupi kebutuhan hidup menjual pisau dan menjajakan jasa asah pisau dengan mengayuh sepeda tua.
Menempuh rute Cipinang-Pondok Bambu-Klender, Jakarta, Timur, kakek Kadsari pantang menyerah memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari. Saat ini beliau berumur 66 tahun. Sejak 1978, beliau menekuni profesi ini untuk bisa bertahan hidup di ibukota bersama sang istri tercinta.
Kakek Kadsari mulai berjualan dari pukul 6 pagi hingga 12 siang. Lantaran sakit tersebut, beliau hanya berjualan tiga hari dalam seminggu. Tidak dipungkiri rasa sesak di dada membuat beliau sulit untuk berjualan setiap hari. Kondisi tersebut kadang beliau alami. Hingga sekarang, beliau hanya mengonsumsi obat yang dibeli dari Puskesmas.
Beliau mendapatkan modal berjualan biasanya dari bos. Keuntungan yang beliau peroleh antara Rp3 ribu dan Rp4 ribu per pisau yang berhasil terjual. Akibat pandemi, bos beliau pulang kampung. Walhasil, untuk minggu ini bapak Kadsari meminjam Rp500 ribu dari tetangga untuk berdagang.
Bersama sang istri, kakek tinggal di sebuah kontrakan kecil di belakang masjid Nurul Yaqin, Cipinang Jagal, Jakarta Timur. Biaya kontrakan yang mesti dibayar per bulan Rp400 ribu. Istri kakek sebelumnya berjualan sapu. Tetapi lantaran sakit gula, beliau juga harus berhenti bekerja. Pasangan ini dikaruniai seorang anak yang tinggal di sebelah kontrakan kakek Kadsari dan juga menjual pisau.
Alhamdulillah, kami telah menyampaikan titipan bantuan dari donatur dan sahabat KNJ ke kakek Kadsari dalam project eksekusi ke-62 September 2022. Saat bertemu beliau, kakek sedang tidak berjualan lantaran sesak nafas dan darah tinggi. Terima kasih kami ucapkan ke donatur dan sahabat KNJ atas bantuan berupa uang, voucher belanja dan inhealer yang mudah-mudahan meringankan sakit asma beliau, amiin.
Penulis dan editor: Eny Wulandari