Patut rasanya menyerap secara seksama perjuangan bapak Sukemi atau yang biasa disapa pak Jangkung, 68 tahun. Beliau adalah salah satu sosok mulia atau solia yang telah menerima donasi dari donatur dan sahabat KNJ dalam proyek eksekusi ke-60 pada 5 Juni 2022.
Sehari-hari, kakek mencari barang bekas. Profesi sebagai pemulung ini telah beliau lakoni selama 20 tahun lebih. Asal dari kota Serang, Banten, bapak Sukemi berpindah-pindah tempat tinggal di ibukota. Bahkan, beliau sempat terkena gusuran warga dan kebakaran. Kini, beliau sekeluarga mengontrak di Rusunawa Pinus Elok Penggilingan, Jakarta Timur. Biaya per bulan mencapai Rp600 ribu, sudah termasuk seluruh biaya. Untuk melunasi biaya kontrakan per bulan, beliau dan anak saling bahu-membahu. Akan tetapi, beliau sekeluarga belum bisa melunasi kontrakan sejak wabah COVID-19.
Sebagai pemulung, beliau mencari barang-barang bekas, seperti botol plastik, kardus, besi bekas, dan lainnya. Jam kerja beliau tidak menentu mulai dari sore hingga malam hari lalu ke esokan paginya. Apabila dalam dua hingga tiga hari tidak pulang, pak Jangkung akan tidur di jalan. Bahkan, beliau pernah diusir oleh staf keamanan dan ketertiban atau kamtib di jalan. Untuk mengumpulkan barang bekas tersebut, pak Sukemi menelusuri area Pulomas hingga Cempaka Putih. Rute tersebut sangat jauh dari kontrakan beliau di Penggilingan. Untuk mencapai lokasi tempat memulung, beliau biasanya berjalan sekitar empat jam bersama gerobaknya.
Penghasilan tidak menentu, belum pasti beliau memperoleh pendapatan setiap hari. Tidak jarang beliau baru memperoleh penghasilan antara Rp95 dan Rp150 ribu dalam tiga hari. Dengan demikian, prediksi penghasilan per hari antara Rp50 dan Rp60 ribu.
Beliau menjual hasil memulung ke lapak yang tersedia di rusunawa tempat beliau tinggal. Per kilo beliau akan memperoleh Rp6 ribu dengan catatan harus terlebih dahulu membersihkan barang bekas tersebut. Saat bertemu tim kami, beliau bercerita pendapatan yang menurun saat bulan puasa yang baru saja berlalu.
Istri beliau dahulunya membantu memulung tetapi usia yang sudah beranjak senja membuatnya melepas profesi tersebut. Pernah beliau menjual kopi ukuran sachet di rusunawa tetapi tutup sebab jarang pembeli. Kini, sang istri fokus mengurus cucu dan rumah.
Kakek merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara. Beliau tidak lulus Sekolah Dasar. Pasangan ini dikaruniai sembilan anak tetapi tujuh sudah meninggal dunia. Satu anak beliau tinggal bersama di rusunawa tersebut sedangkan yang satu berada di kampung. Cucu beliau berjumlah empat yang kini duduk di bangku TK dan SD.
Dari segi kesehatan, kakek Sukemi kini menderita sakit katarak di kedua mata beliau. Yang sebelah sudah buta dan pernah mengalami koma akibat kecelakaan motor. Di balik profesi dan kondisi kesehatan beliau, kakek Sukemi dan istri tidak kenal lelah dalam menjalani hidup mereka. Mereka tetap bersyukur dan selalu bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Editor: Eny Wulandari