Masih ingat dengan permainan musik gambang? Alat musik tradisional ini khas Indonesia dengan nilai seni tinggi dan musikalitas harmonis. Selain itu, bermain musik gambang bisa mengasah kekompakan anak-anak sambil berbagi keseruan dalam menghargai warisan seni musik nenek moyang.
Di saat sekarang dengan gempuran alat musik modern, kakek Suharta tetap teguh menjual gambang. Beliau sendiri sudah berumur 70 tahun dan pendengaran dan penglihatan yang sudah menurun. Tetapi, beliau masih rajin berjualan gambang yang dihitung berbobot 35 kilogram setiap harinya. Gambang sudah beliau jual sejak 1985.
Sebelum berjualan gambang, beliau pernah menjual buah tetapi gagal. Buah tersebut busuk sehingga beliau bangkrut dan harus menghutang. Sehari-harinya, kakek menjajakan dagangannya dari rumahnya di kawasan Cawang, UKI, Jakarta Timur, hingga ke Bogor, dengan menggunakan angkot. Keuntungan yang diambil dari jualannya berkisar antara Rp3 ribu dan Rp10 ribu per buah tergantung dari ukuran gambang. Berjualan gambang bukanlah hal yang mudah sebab di zaman sekarang tidak banyak orang yang membutuhkannya. Tidak heran dagangan beliau seringkali tidak laku sehingga beliau harus menombok dengan uang pribadinya.
Kakek Suharta mengidap penyakit katarak. Beliau memiliki edlapan anak, 21 cucu, dan enam cicit dimana semuanya tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Keluarganya adalah alasan terbesar beliau masih berusaha sampai sekarang apalagi di kampung, pendapatan keluarganya terbatas. Kakek Suharta akan tetap berjualan sampai akhir usianya.
Beliau merasa bahagia dan bersyukur mendapatkan donasi dari para donatur yang dititipkan kepada tim KNJ. Satu ungkapan beliau yang begitu bermakna: “Di balik bumi yang besar ada hati yang lebih besar.”
Editor: Eny Wulandari