Kakek Atmaja, 57 tahun, sehari-hari memikul banyak roti Liong untuk ditawarkan ke calon konsumen di kawasan Jakarta Pusat. Beliau berjalan kaki menjemput rezeki pada banyak area di Jakarta Pusat dari pagi hingga malam. Kegigihan beliau membuat banyak donatur dan sahabat KNJ menitipkan bantuan melalui kami dalam project ke-56 Oktober ini.
Kami mulai berkeliling lalu mangkal di sekitar halte Harmoni pada pukul 9 pagi WIB. Saat siang menjelang, beliau kembali memikul rotinya ke Tanah Abang 3 dekat Pakarti Center. Pemberhentian kakek berakhir di depan halte Monas dimana beliau berjualan hingga pukul 20:00 WIB.
Roti Liong termasuk roti khas dalam negeri. Kakek Atmaja menawarkan banyak rasa, seperti coklat, keju, kacang, susu, moka, dan lain-lain. Harga roti yang dijual sangatlah murah hanya Rp5 ribu/buah. Dari harga segitu, kakek hanya mematok keuntungan sebesar Rp500/roti. Saat sedang ramai dalam sehari, beliau dapat menjual sekitar 150 roti. Saat tidak habis, kakek harus menggantinya. Roti tersebut ia dapatkan dari bosnya yang bernama Babah Liong di Jembatan Lima. Namun kini, Babah Liong sudah meninggal dunia dan usaha roti tersebut diteruskan oleh anaknya.
Kakek Atmaja berasal dari Rangkasbitung, salah satu daerah di Kabupaten Lebak. Beliau memiliki dua anak yang masih menempuh pendidikan SD dan SMP serta seorang istri yang tidak bekerja. Alasan kakek berjualan di Jakarta karena di daerah tempat tinggalnya banyak preman yang suka malak. Oleh karena itu, kakek memutuskan untuk tinggal di mess daerah Jembatan Lima. Beliau pulang dua minggu sekali.
Tim KNJ berkesempatan untuk menemui kakek untuk memberikan donasi dari para donatur. Donasi tersebut akan digunakan untuk membayar listrik dan merenovasi rumahnya. Beliau mengucapkan terima kasih kepada para donatur dan tim KNJ atas kebaikan yang diberikan.
Editor: Eny Wulandari