Seringkali kita melihat lansia di jalanan yang kita lewati, mereka tengah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Entah dengan jualan atau menawarkan jasa. Padahal sebagaimana kita tahu, bahwa jalanan bukanlah tempat yang ramah bagi para lansia.
Apalagi di usia yang semakin tua, kesehatan akan semakin menurun dan tenaga fisik yang terbatas menjadikan para lansia rentan mengalami tindak kejahatan atau kekerasan. Banyak kemungkinan untuk para lansia tersebut mengalami kekerasan atau kejahatan. Bahkan ada seorang nenek yang berkamuflase menjadi seorang pria (kakek-kakek) agar dirinya aman dari kejahatan.
Dari unggahan Instagram @ketimbang.ngemis.jakarta nenek bernama Sapna berjualan cincau seharga Rp5 ribu di sekitaran Pasar Jalan Baru Cilincing, Jakarta Utara. Beliau memilih berpenampilan seperti laki-laki agar bisa menghindari kejahatan yang menimpa dirinya, terlebih lagi beliau hidup hanya sebatang kara di sebuah kontrakan daerah Jakarta Utara.
Selain itu kisah kejahatan juga dialami seorang kakek penjual balon keliling yang tinggal di daerah Binjai Barat, Sumatera Utara. Bersumber dari Merdeka.com, beliau mengalami perampokan. Pada Sabtu, 3 Oktober 2020, sekelompok pemuda tiba-tiba menondongnya dengan pisau ketika beliau berjalan pulang. Beliau yang tidak bisa melawan akhirnya pasrah menyerahkan tasnya yang berisikan ponsel dan uang hasil kerja kerasnya seharian. Selain itu beliau juga mendapatkan luka gores di jarinya. Menurut pengakuan beliau, kejadian ini tidak hanya terjadi kali ini saja tetapi sudah sering sekali dialaminya.
Selain dari kisah di atas tentunya masih banyak kisah lansia lain yang mendapatkan kekerasan dan kejahatan selama menggantungkan hidupnya di jalanan. Hanya saja, kisah-kisah tersebut jarang mencuat di media.
Maraknya Diskriminasi Terhadap Lansia
Perlakuan diskriminatif membuat para lansia menjadi lebih susah untuk bisa mendapatkan keadilan hak. Kelompok ini seringkali dipandang sebelah mata dan dianggap tidak berdaya Selain menjadi kelompok rentan, lansia juga menjadi kelompok minoritas yang kurang diperhatikan. Padahal seharusnya kelompok lansia mendapatkan perlindungan serta memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kelompok umur lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik/BPS, penduduk lansia (berusia 60 tahun ke atas) berjumlah 26,42 juta atau 9,78% dari total jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 270,20 juta jiwa per 2020. Jumlah ini diprediksi meningkat menjadi 10% pada 2021. Para lansia ini rentan menderita kekerasan fisik, psikis, seksual, verbal dan ekonomi.
Berdasarkan hasil riset Lacet Global Health World Health Organization (WHO) di 28 negara tersebut satu dari enam lansia mendapatkan kekerasan. Di antaranya kekerasan fisik sebanyak 2%, kekerasan psikis sebanyak 11,6%, kekerasan ekonomi sebanyak 6,8% dan kekerasan seksual sebanyak 0,9%.
Sementara di Indonesia, hasil riset BPS pada 2015, 1,14% lansia mengalami kejahatan, dimana laki-laki sebagai korban sebanyak 1,61% dan perempuan sebanyak 0,72%. Kejahatan lebih sering terjadi di daerah perkotaan sebesar 1,16% dibandingkan daerah pedesaan yang sebesar 1,12%. Kejahatan yang kerap kali dialami oleh lansia adalah pencurian dengan persentase 87,73%. Untuk kejahatan jenis lainnya seperti penculikan, pemerasan, penipuan, pengrusakan barang, dan sebagainya sebesar 12,52%.
Mengacu pada data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia seringkali diabaikan masalah perlindungannya. Padahal masalah lansia seharusnya bisa menjadi salah satu perhatian yang penting agar para lansia bisa menikmati hari tuanya dengan perasaan nyaman dan aman. Di umur yang semakin tua, seharusnya mereka bisa menikmati hari tuanya di rumah bukan jalanan tetapi keadaan yang tidak bisa dikendalikan memaksa mereka untuk mencari rezeki di jalanan.
Maka dari itu, perlunya menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung bagi para lansia di tempat umum agar terus bisa mencari nafkah tanpa rasa takut ataupun ancaman. Perlu adanya kerja sama antara berbagai pihak untuk bisa menangani masalah yang menghantui para lansia di hari tuanya. Dan salah satu pihak tersebut adalah diri kita masing-masing.
Sumber gambar: makassar.tribunnews.com
Penulis: Nabila Agustine
Editor: Eny Wulandari