Tubuh ringkihnya seolah tak mengenal lelah. Semangat itu masih berkobar di mata tuanya. Namanya Ani, di usianya yang sudah tiga perempat abad, nenek Ani masih tak lelah menjemput buah-buahan di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk kemudian beliau pasarkan di sepanjang Monas hingga Gondangdia.
Tak hanya buah-buahan, nenek Ani juga menjual keripik singkong titipan tetangganya. Keuntungannya sama sekali tak besar. Hanya Rp500 per bungkusnya. Sama seperti para pedagang lainnya, nenek Ani pun merasakan pahitnya berkurangnya penghasilan harian selama pandemi.
Sementara dulu nenek Ani bisa menghasilkan setidaknya Rp200-250 ribu per harinya, kini tak peduli seberapa larut pun beliau pulang, nenek Ani harus bersyukur ketika beliau hanya bisa mengantongi antara Rp100 dan 150 ribu.
Nenek Ani tinggal sendirian di sebuah rumah kecil di bilangan Kampung Rambutan. Suaminya tinggal di Cirebon, sementara ketiga anaknya telah menikah dan tinggal di rumah masing-masing.
Meski tak seberapa besar, dengan penuh syukur beliau mengatakan, bahwa setidaknya bangunan kecil tersebut masih miliknya sendiri. Beliau hanya berharap agar rumah sederhananya itu bisa direnovasi agar tidak bocor setiap kali hujan.
Jauhnya jarak antara tempat tinggal dan daerah berjualan nenek Ani membuat beliau kerap tidur di Halte Transjakarta dekat stasiun Gambir. Biasanya nenek Ani akan pulang tiga hari sekali untuk mengambil barang dagangannya.
Inilah kisah nenek Ani. Alhamdulillah, amanah dari para donatur telah diserahkan oleh KNJ untuk nenek Ani pada Minggu, 6 Desember 2020. Nenek Ani mengucapkan syukur dan terima kasih kepada para donatur. Ia berharap donasi yang diberikan bisa beliau gunakan untuk merenovasi rumah mungilnya.
Penulis: Naya
Editor: Eny Wulandari
Editor: Eny Wulandari