Eksekusi Bulan Ini, what's on|

Badai pandemi COVID-19 sudah dirasakan oleh kakek Engkip, 82 tahun, jauh sebelum pemerintah mengumumkan kondisi resesi ekonomi per akhir Oktober 2020. Kakek Engkip terpaksa pulang kampung selama lima bulan setelah pemerintah mengumumkan kondisi darurat COVID-19 awal Maret 2020.

Kakek Engkip merupakan salah satu sosok mulia atau solia project eksekusi kami untuk November 2020. Beliau berhak menerima bantuan dari para donatur dan sahabat KNJ setelah tim Field Executor kami mensurvei kondisi beliau.

Kami berkunjung ke kontrakan kakek pada Minggu, 1 November 2020. Kakek sedang istirahat sembari menunggu tim kami datang. Salah seorang dari kami memang sudah meminta waktu kakek untuk bertemu hari itu.

Kakek Engkip lahir pada 1938. Tokoh inspiratif ini berasal dari Majalengka, Jawa Barat. Istri kakek dan empat anaknya tinggal di kampung. Kakek Engkip tetap bekerja di ibukota sebab tidak mau menyusahkan anak-anaknya tersebut.

Perubahan Jakarta tak asing bagi beliau. Maklum saja sebab beliau sudah merantau ke ibukota sejak 1998. Beberapa pekerjaan sudah banyak yang dilakukan, mulai dari membantu pekerjaan pembangunan tol, berdagang siomay, dan terakhir berjualan cireng keliling.

Beliau biasa berjualan di SDN 06 Makasar, tetapi karena pandemi beliau harus berjualan keliling di daerah Halim, Intirub, dan Kebon Pala. Beliau memikul gerobak dengan kompor minyak sambil membawa adonan yang siap digoreng.

Saat pandemi, pendapatan beliau menjadi berkurang karena jarang ada pembeli yang membeli dagangannya. Saat beliau mudik selama lima bulan tetapi beliau tetap harus membayar uang kontrakan lima bulan sebesar Rp2 juta. Karena kontrakan lama rusak, beliau pindah ke kontrakan baru.

Kakek membutuhkan Rp70 ribu per hari sebagai modal berjualan. Pendapatan kotor beliau setiap hari Rp200 ribu jika semua cireng habis. Kalau tidak habis, beliau memperoleh Rp100 ribu. Beliau mesti membagi pendapatan kotor tersebut untuk membayar hutang warung dan makan sebab setiap hari kakek berhutang dulu di warung untuk berjualan cireng. Setelah kakek Engkip sore pulang berjualan, beliau membayar hutang di warung sekitar Rp100 ribu. Jumlah tersebut adalah biaya di muka untuk membeli bahan dasar cireng, belum termasuk biaya makan setiap hari. Jika ada uang lebih, kakek menabung setiap hari Rp30 ribu untuk membayar kontrakan dan kebutuhan lainnya.

Beliau sekarang tinggal di kontrakan dengan alamat masjid Al-Munir RT 12 RW 13 No. 78D, Kecamatan Makasar, Kelurahan Makasar, Jakarta Timur. Harga sewa kontrakan tersebut Rp700 ribu per bulan sudah termasuk listrik dan air.

Kakek Engkip mengucapkan banyak terima kasih untuk donasi yang sudah diberikan sahabat KNJ kepada beliau. Ia mendoakan semoga kita semua senantiasa sehat dan diberikan rezeki yang melimpah. Semoga uang donasi dari teman-teman dapat membantu kakek tetep semangat berjualan di kondisi ekonomi kurang baik seperti sekarang, amiin ya robbal’alamiin..

Penulis: Dewi Ardiyani Putri dan Angga

Editor: Eny

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close Search Window