Eksekusi Bulan Ini, what's on|

“Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan ?” adalah sepenggal ayat Al-Qur’an yang mengandung arti sangat dalam untuk hamba-Nya, salah satunya selalu bersyukur dengan jiwa raga yang masih diberi kesempurnaan.

Eksekusi ke 29 edisi Maret 2018 ini kami bertamu ke rumah salah satu orang hebat di ujung yimur Jakarta, yaitu kakek Sukardi, 72 tahun, penjual miniatur kapal phinisi di sekitaran wilayah Koja – Lagoa, sejak 1980.

Usia beliau memang sudah renta dan bergantung dengan kursi roda tetapi semangat juangnya dalam mencari nafkah untuk keluarga membuat haru kami yang masih muda.

Dengan tangan terampilnya dan dibantu sang istri, kakek Sukardi membuat kerangka miniatur kapal phinisi tanpa lelah, tanpa celah. Dari sebatang bambu besar diolah hingga menjadi sebuah miniatur kapal phinisi yang sangat detail bentuknya, itu semua dilakukan oleh kakek dan istri. Biasanya dalam sebulan kakek Sukardi bisa menghasilkan tujuh miniatur kapal phinisi dengan ukuran kecil dan besar. Melihat hasil dari kerajinan tangan yang sangat berkualitas itu tidak aneh bila miniatur tersebut Alhamdulillah selalu habis terjual.

Satu miniatur kapal phinisi berukuran kecil dijual dengan Rp150 ribu sedangkan untuk ukuran miniatur kapal phinisi yang besar Rp200 ribu sambil mengayuh kursi roda sederhananya.

Kakek bercerita dulu pernah bekerja sebagai buruh bongkar muat di pelabuhan tetapi naas kakek tertimpa barang dengan berat lebih dari satu ton hingga membuatnya harus dirawat selama kurang dua tahun pada 1976.

Untuk biaya pengobatan kakek dengan sangat terpaksa menjual rumah agar bisa berobat dan fisioterapi secara rutin. Kini kakek dan keluarga mengontrak di jalan Rawa Binangun 1, Rawa Badak Utara, Jakarta Utara.

Saat tim KNJ menyerahkan donasi, beliau mengatakan bahwa kapal yang sedang dibuatnya mengalami kendala karena kehabisan modal untuk membeli bambu pembuatan layar.

“Alhamdulillah nak, terima kasih atas bantuannya. Kakek mengucapkan terima kasih, kakek kemarin berdoa semoga ada rezeki untuk membeli bambu. Emak juga kemarin sudah keliling untuk panggilan urut namun, ya… uangnya belum kekumpul juga untuk beli bambu,” ujarnya dengan mata yang berlinang.

Editor: Eny Wulandari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close Search Window