Kakek Marlan, 61 tahun, kami kenal sebagai pria yang memiliki semangat hidup yang besar dan tidak pernah menyerah. Beliau hidup sendiri di Jakarta, itu pun tanpa tempat tinggal. Biasanya beliau tidur di masjid An-Naum, Kebon Kacang 1, Jakarta Pusat, Anak dan istri beliau tinggal di kampung. Sehari-hari sosok mulia yang satu ini menjual tisu di Jakarta Pusat, tepatnya dari pasar Tanah abang sampai Taman Menteng.
Sebelum berjualan tisu, kakek Marlan bekerja sebagai pekerja serabutan di kampungnya dengan penghasilan tidak menentu. Maka dari itu beliau ke Jakarta untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak agar bisa menafkahi istrinya di kampong. Lalu pada 2014 kakek Marlan dengan tekad yang besar datang kerja dan membawa uang secukupnya untuk modal usahanya.
Ternyata apa yang beliau bayangkan tidak seindah kenyataannya. Di Jakarta ia kesulitan mencari kerja. “Banyak saingan, nak,” kata beliau. Sosok mulia yang satu ini turut memperoleh donasi dari donatur dalam project 19 KNJ edisi April 2017.
Walau demikian beliau tidak menyerah dan tetap ingin mencari nafkah di Jakarta. Akhirnya kakek Marlan memutuskan berjualan tisu hingga saat ini. Tisu yang beliau jual terbilang murah, hanya Rp3ribu saja.
“Kalau harganya segitu berapa untung yang bapak dapatkan?”, tanya kami. Beliau jawab: “Memang nggak seberapa tapi setidaknya apa yang saya lakukan halal dan bisa saya tabung nak’.’
Di ujung pertemuan kakek Marlan tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada donatur atas bantuan yang beliau terima. Terima kasih juga kakek untuk cerita yang menyemangati kami anak muda.
Penulis: Anhar Firdaus
Editor: Eny Wulandari