Minggu lalu (12/2) Ketimbang Ngemis Jakarta mengadakan project terbaru yang berjudul “Solia Goes To Mall” dengan tujuan memberikan kebahagiaan serta pegalaman untuk para solia yang kami pilih agar merasakan bagaimana rasanya berbelanja sandang dan papan serta mengajak makan di dalam mall besar, yang mungkin belum pernah mereka rasakan atau mungkin bayangkan. Salah satu tim dari project ini memilih kakek Mukri sebagai solia yang berkesempatan kami ajak berpartisipasi. Sebelumnya kami melakukan perjanjian temu untuk Minggu dan bertanya dengan siapa kakek akan ditemani.
Sekitar pukul 10.00 WIB kami menjemput kakek Mukri di rumahnya yang bertempat di pinggir rel kereta jalur stasiun Rawa Buaya. Hari itu kakek berpakaian rapi dengan kemeja berwarna hijau bermotif kotak-kotak dengan celana jeans berwarna biru navy serta sebuah peci hitam. Kakek mengajak salah satu anaknya yang bernama bapak Muhammad, yang sehari-harinya bekerja sebagai penjaja jasa semir sepatu.
Sepanjang perjalanan ke Mall Central Park, kakek hanya diam dan tidak banyak bicara sambil mengamati jalan yang agak lenggang hari itu. Bapak Muhammad mengatakan kakek selama ini tidak pernah jalan-jalan dengan keluarganya dan ia belum pernah masuk ke dalam mall. Ketika kami beritahu bahwa kakek akan kami ajak ke Mall Central Park kakek hanya diam (maaf kami tidak bisa melihat ekspresi kakek dengan jelas karena kakek duduk di bangku tengah). Hanya Bapak Muhammad yang menjawab dengan berseru: “Asyiik ….” dengan ekspresi senang.
Ketika kita sampai di Mall Central Park, kami langsung membawa kakek Mukri dan bapak Muhammad ke Transmart yang berada tepat di lantai ground. Kakek Mukri kami ajak mencicipi es krim dua rasa yang dijual di sana. Kata beliau enak dan kami belikan untuk beliau. Selama berkeliling sambil mencari bahan pokok yang dibutuhkan kakek, kakek dengan malu-malu menyantap es krim tersebut dengan anaknya. Dimulai dari membeli beras, telur, minyak sayur, kopi dan sebagainya kakek tidak pernah mengeluh lelah, bahkan beliau berjalan sangat cepat bila dibandingkan dengan kami yang masih muda (aaaah , kami malu sebenarnya mengungkap ini :D).
Selama itu pula, bapak Muhammad selalu berkata, “nanti siapa yang bayar ???” setiap kali kami memasuki belanjaan di troli dan kami selalu menjawab, “tenang aja pak, ini hadiah dari kita untuk kakek”.
Banyak para karyawan Transmart sana yang bertanya tentang kakek dan juga tentang kegiatan ini. Ketika kami menjelaskan jawaban mereka beragam, ada yang hanya ber’oooh ria dan ada juga yang menjawab bahwa apa yang kami lakukan sangat mulia.
Ada satu kejadian yang berbekas untuk kami. Ketika itu kakek dan bapak Muhammad sudah masuk terlebih dahulu ke dalam mobil setelah selesai berbelanja dan kami melihat mereka menangis haru di sana hingga membuat kami hanya terdiam dan ikut berkaca-kaca bahwa project yang menurut kami sederhana ini sangat amat berharga untuk sebagian orang, seperti kakek dan keluarga.
Kami lanjut ke Mall Taman Anggrek untuk mengajak kakek membeli pakaian baru di Matahari Store di lantai dasar, memilih baju, memilih topi dan memilih sepatu untuk kakek. Hanya satu yang kurang yaitu tidak adanya celana jeans atau pun bahan yang ukurannya pas dengan kakek. Tidak lupa kami juga membelikan nenek di rumah serta bapak Muhammad oleh-oleh berupa baju dan sandal.
Kami makan siang di Yoshinoyah, masakan a la Jepang yang direkomendasikan oleh salah satu follower KNJ yang menaruh komentar di postingan kita yang bernama Denny. Ternyata Denny adalah pegawai di tempat kami makan siang. Kakek makan dengan lahap walaupun tidak habis dikarenakan beliau sudah makan terlebih dahulu di rumah. Buat teman-teman yang khawatir kakek tidak bisa makan disana karena menggunakan sumpit, tenang saja sebab pihak restoran turut menyediakan sendok sehingga kakek tidak kesusahan dalam menyantap makanannya. Dalam kesempatan ini, Denny juga sempat berbincang-bincang dengan kakek Mukri dan sempat juga bertanya-tanya tentang kegiatan KNJ. Ia juga berkeinginan untuk bergabung di komunitas KNJ ini.
Pukul 15.00 WIB kami melanjutkan ke pasar Cengkareng untuk membeli sebuah perhiasan untuk tabungan kakek. Di sana beliau mencoba beberapa cincin yang pas di tangannya. Sambil melayani kakek, salah satu staf penjual perhiasan itu bertanya, apakah kami cucu dari kakek atau bukan. Kami menjelaskan bahwa kami dari komunitas KNJ dan salah satu dari mereka ternyata sering mengunjungi IG KNJ dan berkata, “terima kasih ya, ternyata di dunia ini masih ada orang-orang baik seperti kalian”.
Karena celana belum didapat maka kami sempatkan mampir ke Ramayana Cengkareng untuk membeli celana kakek. Alhamdulillah kami mendapat celana dengan ukuran yang pas. Sekitar pukul 17.30 WIB kami tiba di rumah kakek, menyusuri jalan rel kereta sambil membawa barang belanjaan dan menaruhnya di rumah dan berfoto bersama dengan kakek juga bapak Muhammad di depan rumahnya.
Editor: Eny Wulandari