what's on|

Jika engkau punya uang Rp10 ribu apa yang akan kamu lakukan dengan jumlah tersebut dalam sehari untuk hidup di kota semahal Jakarta?

Untuk makan di warteg saja paling pol kamu hanya dapat menikmati nasi putih, sayur dan tahu atau tempe. Kalau penjual wartegnya berbaik hati mungkin kamu masih bisa menikmati telur dadar. Itu hanya sekali makan saja. Rerata setiap orang Indonesia butuh tiga kali makan dalam sehari demi bisa beraktivitas secara baik.

Kalau kamu bisa memilih makanan untuk dinikmati dua atau tiga kali dalam sehari, apalagi jika kamu bisa nongkrong di restoran mewah, apa yang kamu alami sungguhlah kemurahan rezeki dari Alloh swt sebab statistik KNJ mulai project 1 hingga 15 menunjukkan 14,81% dari total 135 sosok mulia yang menerima bantuan dari donatur berpenghasilan kurang dari Rp10 ribu per harinya. Jumlah 135 sosok mulia atau solia tersebut kami peroleh dari project 1 pada Juni 2015 hingga project 15 pada 18 Desember 2016.

Dengan kata lain, hampir 20 solia hanya berpendapatan kurang dari Rp10 ribu dari segala jenis usaha yang mereka lakukan, baik menjual barang dagangan atau menawarkan jasa tertentu. Statistik lainnya menunjukkan 84% persen dari 135 solia tersebut bekerja dengan menjual barang sedangkan sisanya yakni 16% menawarkan jasa ke publik.

Sebanyak 31,11% dari total 135 solia tersebut tidak diketahui berapa uang yang mereka peroleh setiap hari. Lalu, 25,19% dari 135 solia tersebut berpenghasilan antara Rp11 ribu dan Rp50 ribu. Kemudian, 24,44% memperoleh uang mulai dari Rp51 ribu hingga Rp100 ribu per hari dan hanya 4,44% yang berpenghasilan di atas Rp100 ribu.

Hidup berpenghasilan kurang dari Rp10 ribu sehari tentu sangat menyusahkan bagi siapa pun yang hidup di ibukota ini dengan mengacu pada Upah Minimum Provinsi DKI Jakarta pada 2016 yang ditetapkan pada Rp3,1 juta.

Angka tersebut naik dari Rp2,7 juta setahun sebelumnya. Dengan kata lain, rata-rata biaya hidup, yang mencakup biaya makan dan lainnya per kepala di Jakarta minimal sekitar Rp100 ribu per hari.

Beberapa solia yang pernah menerima donasi dari donatur mengatakan penghasilan mereka sehari-hari tidaklah menentu. Selain dipakai buat makan, beberapa dari mereka juga mesti menyisihkan penghasilan tersebut untuk membayar uang sewa kontrakan per bulannya, baik sendiri atau pun patungan dengan teman atau anggota keluarganya.

Sebagai contoh, bapak Budiman, 63 tahun. Solia penerima donasi dari donatur pada project 15 ini mengatakan dirinya dan istri tinggal di sebuah kontrakan dengan biaya sewa Rp300 ribu per bulan di daerah Bojong Gede, Jawa Barat. Penghasilan beliau sendiri dari menjual cemilan tradisional di depan Golden Truly, Jakarta Pusat ini, paling besar Rp100 ribu tetapi itu tidak setiap hari ia dapatkan.

Kakek Mukri, 80 tahun, berpenghasilan lebih kecil dari bapak Budiman. Menjual galah demi menyambung hidup, kakek inspiratif ini meraup penghasilan bersih minimal Rp50 ribu. Kakek Mukri tinggal sendiri di sebuah gubug di pinggiran rel kereta api Rawa Buaya, Jakarta Barat. Ia harus membayar listrik Rp50 ribu per bulannya.

Tak hentinya kami mengajak diri kami sendiri dan sahabat semua untuk selalu mensyukuri sebungkus nasi atau seteguk air yang kita nikmati sebab di luar sana mungkin ada orang yang tidak seberuntung kita.

Penulis dan editor: Eny Wulandari

 

One Reply to “Hampir 15% dari Total Solia Berpenghasilan di Bawah Rp10 Ribu Per Hari”

  1. Adinda says:

    Mantab juga ka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close Search Window